Pages

Kamis, 06 November 2014

Kata dan Pilihan Kata

Pengertian Kata

Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

a. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
b. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis.
c. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
d. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
e. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda.
f. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
g. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya.


Adapun kata dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:  
1.    Kata Baku
a.  Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
b.  Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertuliss dengan pengukapan gagasan secara cepat.

2.    Kata Tidak Baku
a.    Kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
b.    Dalam bahasa sehari-hari, bahasa tutur.
NO    KATA BAKU    KATA TIDAK BAKU
1.        Aktif                                   Aktip
2.        Ambulans                          Ambulan
3.        Analisa                               Analisis
4.        Anggota                             Anggauta
5.        Antre                                  Antri
6.        Apotek                               Apotik
7.        Atlet                                   Atlit
8.        Berpikir                             Berfikir
9.        Frekuensi                           Frekwensi
10.      Hakikat                              Hakekat

Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.



Jenis-Jenis Kata dan Contohnya

Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di  dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
1.  Kata kerja (verba)
2.  Kata sifat (adjektiva)
3.  Kata keterangan (adverbia)
4.  Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
5.  Kelompok kata tugas ialah :
Kata Sandang (artikel)
Kata Depan (preposisi)
Kata Hubung (konjungsi)
Partikel
Kata Seru (interjeksi)

1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atautindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
    Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
    Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
    Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
Contoh:  bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
Contoh:  cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh :  -  Saya menulis surat.
                                 S         P           O
                -   Adik membeli balon.
                                    S           P          O
f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh :   -  Mereka duduk di taman.    
                                    S           P               K
                             -  Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
                                     S                       P                    K
                             -   Adik sedang mandi.
                                    S               P

2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda.Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
            Contoh:  lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
            Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya.
Macam-macam adjektiva:
a.  Ajektiva dasar, seperti  adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks
            contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
 2. adjektiva bereduplikasi
            contoh:  muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
contoh:  abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
 Adjektiva deverbalisasi, misalnya:  melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
 Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
 Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
 Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
 Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
 Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

3. Kata Keterangan (Adverbia)
 Macam-macam adverbia:
Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling,
pernah, pula, saja, saling.
b.  Adverbia turunan terbagi atas:
1.  Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
2.  Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
3.  Adverbia  yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
     sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

4.  Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a.  Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
Nomina dari   proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
Nominalisasi dengan  si dan  sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
Nominalisasi dengan  yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
b. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacupada nomina lain.  Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda ataunomina.
Macam-macam pronomina:
      Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1)  pronominal persona, (2)  pronomina penunjuk  (3)  pronomina penanya.

1. Pronomina Persona
Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal),
dan kami, kita (jamak)
Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
Pronomina Penanya :
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.Contoh:  siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.
c. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur
Misalnya:  pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
 Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya :  ketiga (ke + Num),
 ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)

5.  Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
b). Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
c). Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
d).Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar
     kehormatan),  Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra
     lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:
a). Preposisi dasar, misalnya:  di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
b). Preposisi turunan, terdiri atas:
(a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
(b). gabungan  preposisi + preposisi +  non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari
       tengah-tengah kerumunan.
(c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke
       jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
(d).  Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang,
      seputar.
c. Kata Hubung (Konjungsi)
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang  berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Macam-macam konjungsi:
Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
Konjungsi pilihan, misalnya: atau
Konjungsi perlawanan, misalnya:  tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.
Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
Konjungsi perluasan, misalnya: yang
Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.
d. Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a).  kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b).  kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c).  deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d).  lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e).  dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f).  kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g).  pun, misalnya:  Membaca pun ia tak bisa.
h).  toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.




Sumber / Referensi :


Ucapan dan Ejaan

Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua.
Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh
oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat
berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah
dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi
ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan
daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal
seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.

Ejaan

Ejaan ialah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi,cara memisahkan atau menggabungkan kata dan cara menggunakan tanda baca. Dalam system ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan “ huruf ”. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut “ abjad ”.
Dalam tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk
dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga
mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam
surat-surat pribadi dan kalimat catatan harian misalnya, ketaatan dalam EYD tidak
mutlak. Dalam karangan ilmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat perjanjian,
kaidah ejaan harus betul-betul ditaati. 
Sebelum, EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan
Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung
mulai 19 maret 1947. sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang
ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan
Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim.
Ejaan  ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van
Ophuysen berlaku dalam tulis menulis  dalam bahasa Melayu, digunakan huruf   2
Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak
teratur.

Tanda Baca dan contoh nya
Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik
koma (;), titik dua (: ), dan petik (“..”)

1. TANDA TITIK (.)
Sudah kita ketahui tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat.
Di samping itu tanda titik juga digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau
bagian dari subbab. Penomoran bab  atau subbab yang menggunakan sistem
persepuluh pada angka terakhir tidak disertai titik untuk menghemat tempat.
Singkatannya yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA,
ABRI tidak menggunakan titik. Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan
gelar yang diletakkan di belakang nama tetap menggunakan titik di belakang
tanda koma tersebut.    8
Contoh: Dr. Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum SE. MM singkatan yang 
menggunakan huruf kecil menggunakan titik. Misalnya:
  atas nama  a.n.
  untuk beliau  u.b.
  dan sebagainya dsb.
 Yang perlu diperhatikan adalah kapan seharusnya titik tidak digunakan.
Kesalahan yang sering terjadi ialah digunakan titik pada tempat yang seharusnya
tidak menggunakan titik. Judul bab atau judul bagian subbab perlu menggunakan
titik apabila judul itu langsung diikuti uraian yang dimulai dengan baris yang
sama dengan judul subbab atau judul bagian subbab tersebut.
Alamat surat, baik alamat pengirim ataupun alamat yang dituju, juga tidak
menggunakan titik karena alamat tersebut tidak merupakan kalimat. Tanda titik
juga tidak dipakai pada singkatan-singkatan yang berkenaan dengan ukuran atau
timbangan, seperti  Rp (rupiah), kg (kilo gram), m (meter), lt (liter) dan
sebagainya. Tanda titik juga digunakan  dalam daftar pustaka yang rujukanya
menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan
rujukan pengarang atau penyuting, antara judul buku dan kota penerbit.
Contoh: Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia.
Jakarta: Pustaka Rakyat.

2. TANDA KOMA (,)
 Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara
dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan, seperti: ah,
wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya.  Juga sesudah kata-kata seperti  meskipun
begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu. Tanda koma juga
digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk
kalimatnya. 
Contoh:  Meskipun hujan, ia pergi juga ke kantor,
   Karena sakit, ia tidak jadi pergi ke Jakarta
Tanda koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara
yang dihubungkan dengan kata  tetapi, atau, melainkan.   9
Contoh:  Orang itu kaya, tetapi tidak kikir
   Yang sudah lulus bukan dia, melainkan adiknya
Tanda koma juga digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu
perincian.
Contoh:  Jurusan-jurusan dalam Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma ialah Jurusan Akuntansi, dan Jurusan
Manajemen.
Yang harus diperhatikan ialah sebelum dan masih digunakan tanda koma.
Tanda koma juga digunakan dalam  rujukan kurung atau dalam rujukan
tahun dan halaman, untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun
penerbit.
Contoh: Kalimat ialah satuan kumpulan yang mengandung arti penuh
(Alisyahbana, 1953 :20) 
Tanda koma juga digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat
petikan langsung.
Contoh:  Ibu berkata, “Ayahmu belum pulang”.
“Saya gembira sekali”, kata Pak lurah, “desa kita menjadi
juara pertama”.
Tanda koma sering digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan
tambahan.
Contoh: pemuda itu, yang bertahun-tahun merantau, sudah pulang ke
desanya. 
Tanda koma juga dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,
dan di antara nama tempat dan wilayah suatu negara yang ditulis secara beruntun.
Contoh: Yth. DR. Aries Budi Setyawan. , Dosen Fakultas Ekonomi,
Universitas Gunadarma,   Jakarta
Seperti yang sudah disebutkan di atas, maka koma juga digunakan untuk
membatasi nama dan gelar yang terletak di belakang nama, jumlah rupiah, ketip
dan sen, antara satuan dan persepuluh.
Contoh:  Prof. Dr. Dali S. Naga.
   Rp1.250,50   10
   Nilainya 7,5

3. TITIK KOMA (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh: Semua murid diperlakukan sama; tidak ada murid yang
dianakemaskan. 
Tanda titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat
yang sudah mengandung koma.
Contoh: Di toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan,
dan kaos kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kaca
mata; sedang Amat membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan
minyak rambut.
Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam
suatu perincian.
Contoh:  Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih  yang     sebesar- besarnya kepada:
1.  Bapak DR. Aries Budi Setyawan  dan Ibu Masodah SE. MM sebagai
pembimbing 1 dan pembimbing 2, yang dengan penuh kesabaran telah
memberikan petunjuk dan nasihat-nasihatnya;
2.  Ibu Izzati Amperaningrum SE. MM , dosen wali penulis yang telah
banyak memberikan bimbingan selama penulis belajar di Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma;
3.  Ir. Arjuna, pacar penulis yang dengan setia mendampingi penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam surat-surat keputusan tanda titik koma banyak digunakan untuk
membatasi kalimat-kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian
dari isi putusan itu sendiri.
     Contoh:    Mengingat bahwa     1……………….;
 2……………….;
 3……………….;   11
                      Membimbing  1……………….;
 2……………….;
 3……………….;
                     Memutuskan 1……………….;
 2……………….;
 3……………….;

  4. TITIK DUA (:)
        Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh
rangkaian atau perincian.
Contoh : Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua
jurusan: Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen.

         Titik dua juga digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai
berikut yang diikuti perinciaan.
         Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula,
misalnya pemerian suatu organisasi sebagai berikut:
         Ketua   :   Meilani               
         Sekretaris :   Lies Handrijaningsih                    
         Bendahara :  Sri Kurniasih Agustin                       
                Juga dalam surat- surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul,
tempat, dan cara dalam bentuk  formula berikut:
         Dengan Hormat,
        Kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam suatu rapat
pengurus 
        Yang akan kita selenggarakan pada:
        Hari/tanggal        :  Senin, 25 Juli 2005
        Pukul                  :  10.30
        Tempat               :  Di Gedung 5 Lantai 1 Depok                 
                                       Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina -Depok .
        Dengan acara      :  Penyusunan Rencana Kegiatan Akademis.   12
Apabila uraian diatas tidak disusun dengan formula seperti tersebut diatas,
tanda titik dua tidak perlu dipergunakan.
       Contoh : Organisasi itu diketuai oleh Meiliani, dengan sekretaris, Lies 
Handrijaningsih, dan bendahara Sri Kurniasih Agustin.
                            Rapat itu diselenggarakan pada tanggal 25 Juli 2005, pukul                 
10.30  diruang sidang Gedung 5 Lantai 1 Depok.
Tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan
subjudulnya, di antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman
dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh: Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)

5. TANDA PETIK (“- “ )
Di atas disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan
atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam
petikan langsung tidak dicetak dengan  huruf miring, melainkan tetap dicetak
dengan suatu majalah pun tanda petik  itu tetap digunakan. Dalam karangan
tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak
digunakan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya : Itu dia “pahlawan” kita datang.

 6. TANDA HUBUNG (-)
  Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang
seperti meja-meja , berjalan-jalan, buah-buahan.
Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan
bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital.
         Contoh:  Abad ke-20
                        Tuhan selalu melindungi hamba-nya
                        Ijazah SMA-nya hilang.
Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun
apabila semuanya ditulis dengan angka.
Contoh: Jakarta, 27-11-2005   13
Tanda hubung juga digunakan untuk menghubungkan awalan atau akhiran
dalam bahasa Indonesia yang dirangkaikan dengan kata dasar asing.
Contoh: Di-smash , pen-tackle-an
Tanda hubung juga digunakan untuk mendai hubungan kata-kata dalam
kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki.
Contoh: Istri pejabat yang nakal itu.
Untuk menjelaskan bahwa yang nakal itu  adalah istri pejabat maka antara
istri dan pejabat perlu diberi tanda hubung . Kalau yang nakal itu pejabat maka
yang diberi tanda hubung antara yang nakal dan pejabat . (istri-pejabat yang nakal
itu. Istri pejabat-yang nakal itu)
  
    7. TANDA-TANDA BACA YANG LAIN 
  Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya
(?), tanda seru  (!), tanda kurung  ( ),  tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring 
(/)  dan tanda penyingkat/apostrof  (‘)
Contoh:     Kemerdekaan bangsa itu- saya yakin akan tercapai-diperjuangkan       
oleh bangsa itu sendiri.
                           Rangkaian temuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga        
pembelahan atom – telah mengubah konsepsi  kita tentang alam
semesta.

Tanda pisah juga digunakan dalam arti”sampai dengan”.
Contoh :   1950--2005
 Tanggal 18—Mei 2005
 Pukul 09.30—11.00
 Semarang – Jakarta
Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
 Contoh :   Kalau engkau tidak mau ….yah…, biarlah saya pulang saja.
Tanda elips yang digunakan dalam suatu kutipan menunjukan bahwa ada
kata-kata yang tidak dikutip dalam kutipan tersebut.
     ontoh : “Morfem ialah ….bentuk bebas yang terkecil”   14
Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di
akhir kalimat.
Contoh :  Di mana rumahmu?
Tanda tanya yang ditaruh di antara tanda kurung digunakan untuk
menyatakan keragu-raguan atau kesangsian
Contoh :  Ia dilahirkan pada tahun 1896 (?)
                            Uangnya sebanyak sepuluh juta rupiah(?) telah hilang
Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan
Tanda kurung juga digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan
Contoh:   Bagian perencanaan sudah selesai merencanakan DIK (Daftar Isi  
Kerja) kantor ini.
Tanda kurung juga untuk  mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.
Contoh : keterangan ini )lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan
baru dalam pemasaran dalam negeri.
Selanjutnya  tanda kurung juga dipergunakan untuk mengapit angka atau
huruf yang memerinci keterangan.
Contoh:  Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam , (b) tenaga kerja
dan      (c) modal.
Tanda kurung siku digunakan sebagai  tanda koreksi bahwa dalam naskah
itu terdapat huruf , kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung
siku tersebut.
Contoh:  Si Bintang Men[d]engar bunyi gemerisik.
Tanda kurung siku di gunakan juga untuk memberi tanda kurung di dalam
bagian kalimat yang sudah menggunakan tanda kurung.
Contoh:  Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab 11 [lihat halaman 25 –38] tidak dibicarakan ) perlu di
bentangkan di sini
Tanda garis miring digunakan dalam penomoran surat.
Contoh;  NO :7/TP09/k/91
    Dalam alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor.   15
Contoh:  Jl. Erlangga 7/19
Untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah.
Contoh :  2003/2004
Garis miring berarti juga tiap-tiap atau per.
Contoh :   Rp2500/orang
    Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukan adanya bagian
–bagian yang dilesapkan.
Contoh :  Istana yang megah ‘kan ku dirikan (kan=akan)
                            Malam ‘lah tiba (‘lah=telah)
                            Januari’05 (‘05=2005)
                                            





Sumber / Referensi :
-                                                   http://edigunawan01.blogspot.com/2013/04/ucapan-dan-ejaan-bahasa-indonesia.html